Pada hari Rabu (23/07/2025), mahasiswa KKN Tematik IPB Tim Tegal 04 di Desa Kendayakan, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal membangun Insinerator atau tempat pembakaran sampah minim asap di Balai Desa Kendayakan. Pembangunan didampingi dan dibantu oleh bapak Wahyudi selaku Kepala Dusun di Desa Kendayakan.
Desa Kendayakan merupakan desa yang bisa di katakan Desa maju. Berdasarkan data yang dimuat di laman resmi Slawi Ayu, Desa ini memiliki luas sekitar 558,49 m², dengan populasi 7.881 jiwa, kepadatan penduduk 1.411 jiwa/km. Hasil dari pengamatan tim KKN di lapangan, Desa Kendayakan di dominasi oleh lahan sawah yang luas dengan tekonologi pertanian yang mumpuni seperti Combine Harvester. Kepala Desa Kendayakan menyampaikan, mayoritas warga desa kendayakan berprofesi sebagai petani. Namun, permasalahan yang dialami Desa Kendayakan adalah pengelolaan sampah. Seperti pada umumnya, permasalahan sampah di Indonesia masih menjadi masalah utama yang harus diatasi. Khusunya sapah pelastik, Kementerian Lingkungan Hidup mencatat bahwa sampah pelastik pada tahun 2025 menyumbang sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total, tetapi hanya sekitar 22% yang di daur ulang. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), total sampah yang dihasilkan di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 56,63 juta ton. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 39,01% atau setara 22,09 juta ton yang berhasil ditangani dengan cara yang sesuai standar. Sementara itu, sebagian besar sampah lainnya masih dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA) terbuka yang berpotensi mencemari lingkungan dan belum memenuhi kaidah pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
Pada kasus di Desa Kendayakan adalah Tempat Penampungan Akhir (TPA) yang belum bisa digunakan. Pak Yusko selaku penanggung jawab dalam pengelolaan sampah menyampaikan, bahwa mulai dari tempat sampah warga, lokasi TPA, transportasi pengangkut sampah, sampai sistem pengambilan sampah sudah disiapkan. Namun, lokasi TPA yang kurang strategis karena lokasi TPA yang dibuat berada di bawah jalan tol. Sehingga jika melakukan pembakaran khawatir mengganggu visual pengendara. Karena itu pengololaan sampah di Desa Kendayakan belum terlaksana dengan baik, yang mengakibatkan beberapa warga membuang sampah di pinggir sungai.
Melihat permasalahan tersebut mahasiswa KKN berinisiatif membangun Insinerator atau tempat pembakaran yang minim asap. Dengan didampingi Kadus Wahyudi sebagai pakar pembangunan, tim KKN membangun satu Insinerator di Balai Desa sebagai contoh bagi masyarakat Desa Kendayakan yang ingin membuatnya. “Ini sekedar Insinerator skala kecil, sebagai contoh bagi Desa jika ingin membuat yang lebih besar sebagai TPA. Saya harap dengan kami membangun Insinerator ini bisa menyelesaikan masalah sampah untuk sementara waktu” ujar Naufal selaku koordinator desa. Pembangunan dilakukan selama tiga hari, dimulai dari tanggal 21 - 23 Juli 2025.
Setelah pembangunan selesai, mahasiswa melakukan demonstrasi mengenai tatacara penggunaan Insinerator kepada perangkat desa dan warga. Beberapa warga antusias dengan pembangunan Insinerator. Ibu Bidan Desa Kendayakan menyampaikan bahwa, beliau berencana membangun satu Insinerator di dekat rumahnya. Dengan begitu menandakan bahwa Insinerator sangat bermanfaat. Di lansir dari WHO Technical Report Series 2020, bahwa pembakaran menggunakan Insinerator dapat meminimalkan penyebaran bakter, virus, dan bau tak sedap, terutama jika dibandikan dengan penimbunan (landfill). Serta menurut UNEP 2019, Incinerator mampu mengurangi volume sampah hingga 80-90% dari ukuran aslinya.
Pada loka karya kedua, tim KKN menyampaikan hasil program kerjanya. Terkhusus pada program kerja Insinerator, Bapak Sunarso sebagai Kepala Desa Kendayakan menyampaikan, bahwa persamalahan sampah di Desa Kendayakan masih menjadi masalah utama, kemudia beliau berterimakasih kepada tim KKN karena telah membuat tempat pembuangan sampah minimalis. Sehingga untuk sementara permasalahan sampah bisa teratasi.